Senin, 13 Januari 2014

CINTAKU SEHARUM MAYATMU
                Ayu terlihat mondar mandir di depan kamar rumah sakit. Ayu adalah pacar Adi yang sedang ditangani oleh dokter dalam ruangan itu. Hubungan mereka sangatlah romantic seakan tidak dapat terpisahkan. Setelah dokter selesai memeriksa,  Ayu menyempatkan diri untuk bertanya tentang keadaan Adi saat itu.
                “Bagaimana keadaan pacar saya, Dok?”, tanya Ayu.
Sambil membereskan peralatannya, Dokter menjawab secara perlahan.
                “Saya harap kau bersabar dan mau menerima keadaan ini,” jawab dokter.
                “Memangnya dia sakit apa Dok, pasti saya akan menerimanya,?”
“ Baiklah kalau itu maumu, pacarmu terkena kanker otak stadium 4, dan umurnya tidak lama lagi. Kira-kira 3 bulan lagi “ Jawab dokter pelan.
                “ APA??????” Ayu tidak percaya.
Ayu tidak menyangka bahwa ini terjadi pada Adi kekasihnya. Kini Ayu berusaha menahan kepedihannya agar Adi tidak kepikiran akan penyakitnya. Setelah keluar dari ruangan itu Ayu langsung menemui Adi yang sedang beristirahat.  Ayu bingung mengapa ini semua harus terjadi pada kekasih yang sangat ia cintai.
                 Setelah itu Ayu mengajak  Adi  untuk dirawat di rumah. Besok adalah malam minggu. Hari untuk Adi dan Ayu menumpahkan rindu dan kepenatan sehabis kuliah.
                 Keesokan harinya, setelah selesai bersiap-siap Ayu langsung menjemput Adi. Setelah keduanya siap mereka langsung menuju tempat yang telah dijanjikan. Sedang asyiknya bercerita tentang hal-hal lucu, tiba-tiba Adi mengeluarkan darah dari hidungnya. Sontak Ayu pun kaget dan langsung mengajak Adi pulang untuk beristirahat.
                “ Maafkan aku ya, yu, gara-gara aku acara kita jadi berantakan. Tapi bener aku ini tidak apa-apa Cuma mimisan biasa saja” Adi berusaha mengibur Ayu.
                “ Sudah tidak usah kau pikirkan, sekarang ini kau Cuma butuh istirahat,” pinta Ayu
                Hari-haripun berlalu, kini penyakit Adi sudah memasuki bulan ketiga. Ayu semakin gelisah tiap kali ia ingat kata-kata dokter yang pernah diucapkan kepadanya. Keseharian Ayu hanya menghibur Adi dan member warna di sisa hidupnya. Adi pun semakin sering mengalami mimisan, sakit kepala dan beberapa keluhan lainnya yang membuatnya keluar masuk rumah sakit. Sampai akhirnya Ayu lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dengan keadaan yang lemah, Adi menyiapkan hadiah sederhana untuk Ayu. Pada saat Ayu datang ke rumah Adi,
                “SURPRISEE!” Adi menyambut Ayu dengan wajah pucat.
                “ Selamat ulang tahun Ayu’q sayang.”
Ayu kaget seakan tidak percaya kalau hari ini adalah ulang tahunnya. Setelah berdoa dan meniup lilin, tiba-tiba saja, bbbbbbbbrrrrrrruuuuuugggg! Adi tiba-tiba pingsan. Dengan segera Ayu membawa Adi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Adi langsung di tangani. Ayu hanya dapat menunggu di luar sambil berdoa semoga tidak terjadi apa-apa pada kekasihnya. Tidak lama berselang dokterpun keluar dari ruangan Adi.
                “Bagaimana keadaan Adi, Dok?” Tanya Ayu panic.
                “ Sekali lagi saya minta maaf, Adi tidak dapat diselamatkan,” Dokter menjawab dengan berat hati.
                “ GAK MUNGKIN….” Teriak Ayu.
Di dalam Ayu memeluk Adi dengan air mata bercucuran. Walaupun Ayu tahu tangisannya tidak akan membangunkan Adi dari tidur panjangnya. Ayu segera menhubungi keluarga Adi untuk mengabarkan keadaan ini. Setelah penjemputan jenasah Adi, proses pemakaman dilanjtkan di kampung halaman Adi, di desa Trunyan. Proses pemakaman sangat kental akan tradisi. Jenasah Adi di bawa ke seberang danau di bawah pohon taru menyan. Wanita di desa Adi tidak diperbolahkan ikut mengiring jenasah termasuk ibu Adi sendiri. Isak tangis mewarnai iringan jenasah Adi. Ayu mendapat kesempatan ikut karena ia bukan warga desa di situ. Ternyata jenasah Adi hanya di taruh di bawah pohon itu. Ayu menaruh tanda berupa mawar biru untuk membedakan jenasah Adi. Setelah selesai Ayu kembali dengan perasaan tidak menentu.
                Hari-hari dilalui Ayu dengan perasaan sedih. Setiap ada waktu bahkan seringkali Ayu menyempatkan diri mendayung sampan dan melihat jenasah Adi dalam tidur panjangnya dari kejauhan. Sambil sesekali tercium bau wangi dan Ayu berucap dalam hatinya, “CINTAKU SEHARUM MAYATAMU SAYANG”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar