CINTAKU SEHARUM MAYATMU
Ayu
terlihat mondar mandir di depan kamar rumah sakit. Ayu adalah pacar Adi yang sedang ditangani oleh
dokter dalam ruangan itu. Hubungan mereka sangatlah romantic seakan tidak dapat
terpisahkan. Setelah dokter
selesai memeriksa, Ayu menyempatkan diri untuk bertanya tentang
keadaan Adi saat itu.
“Bagaimana
keadaan pacar saya, Dok?”, tanya Ayu.
Sambil membereskan peralatannya,
Dokter menjawab secara perlahan.
“Saya
harap kau bersabar dan mau menerima keadaan ini,” jawab dokter.
“Memangnya
dia sakit apa Dok, pasti saya akan menerimanya,?”
“ Baiklah kalau itu maumu,
pacarmu terkena kanker otak stadium 4, dan umurnya tidak lama lagi. Kira-kira 3
bulan lagi “ Jawab dokter pelan.
“
APA??????” Ayu tidak percaya.
Ayu tidak menyangka bahwa ini
terjadi pada Adi kekasihnya. Kini Ayu berusaha menahan kepedihannya agar Adi
tidak kepikiran akan penyakitnya. Setelah keluar dari ruangan itu Ayu langsung
menemui Adi yang sedang beristirahat. Ayu bingung mengapa ini semua harus terjadi pada kekasih yang sangat ia cintai.
Setelah itu Ayu mengajak Adi
untuk
dirawat di rumah. Besok adalah malam minggu. Hari untuk Adi dan Ayu menumpahkan
rindu dan kepenatan sehabis kuliah.
Keesokan harinya, setelah selesai bersiap-siap
Ayu langsung menjemput Adi. Setelah keduanya siap mereka langsung menuju tempat
yang telah dijanjikan. Sedang asyiknya bercerita tentang hal-hal lucu,
tiba-tiba Adi mengeluarkan darah dari hidungnya. Sontak Ayu pun kaget dan
langsung mengajak Adi pulang untuk beristirahat.
“
Maafkan aku ya, yu, gara-gara
aku acara kita jadi berantakan. Tapi bener aku ini tidak apa-apa Cuma mimisan
biasa saja” Adi berusaha mengibur Ayu.
“
Sudah tidak usah kau pikirkan, sekarang ini kau Cuma butuh istirahat,” pinta
Ayu
Hari-haripun
berlalu, kini penyakit Adi sudah memasuki bulan ketiga. Ayu semakin gelisah
tiap kali ia ingat kata-kata dokter yang pernah diucapkan kepadanya. Keseharian
Ayu hanya menghibur Adi dan member warna di sisa hidupnya. Adi pun semakin
sering mengalami mimisan, sakit kepala
dan beberapa keluhan lainnya yang membuatnya keluar masuk rumah sakit. Sampai
akhirnya Ayu lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dengan keadaan
yang lemah, Adi menyiapkan hadiah sederhana untuk Ayu. Pada saat Ayu datang
ke rumah Adi,
“SURPRISEE!”
Adi menyambut Ayu dengan wajah pucat.
“
Selamat ulang tahun Ayu’q sayang.”
Ayu kaget seakan tidak percaya
kalau hari ini adalah ulang tahunnya. Setelah berdoa dan meniup lilin,
tiba-tiba saja, bbbbbbbbrrrrrrruuuuuugggg! Adi tiba-tiba pingsan. Dengan segera
Ayu membawa Adi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Adi langsung di
tangani. Ayu hanya dapat menunggu di luar sambil berdoa semoga tidak terjadi
apa-apa pada kekasihnya. Tidak lama berselang dokterpun keluar dari ruangan
Adi.
“Bagaimana
keadaan Adi, Dok?” Tanya Ayu panic.
“
Sekali lagi saya minta maaf, Adi tidak dapat diselamatkan,” Dokter menjawab
dengan berat hati.
“
GAK MUNGKIN….” Teriak Ayu.
Di dalam Ayu memeluk Adi dengan
air mata bercucuran. Walaupun Ayu tahu tangisannya tidak akan membangunkan Adi
dari tidur panjangnya. Ayu segera menhubungi keluarga Adi untuk mengabarkan
keadaan ini. Setelah penjemputan jenasah Adi, proses pemakaman dilanjtkan di
kampung halaman Adi, di desa Trunyan. Proses pemakaman sangat kental akan
tradisi. Jenasah Adi di bawa ke seberang danau di bawah pohon taru menyan. Wanita di desa Adi tidak
diperbolahkan ikut mengiring jenasah termasuk ibu Adi sendiri. Isak tangis
mewarnai iringan jenasah Adi. Ayu mendapat kesempatan ikut karena ia bukan
warga desa di situ. Ternyata jenasah Adi hanya di taruh di bawah pohon itu. Ayu
menaruh tanda berupa mawar biru untuk membedakan jenasah Adi. Setelah selesai
Ayu kembali dengan perasaan tidak menentu.
Hari-hari
dilalui Ayu dengan perasaan sedih. Setiap ada waktu bahkan seringkali Ayu menyempatkan diri mendayung sampan dan melihat jenasah
Adi dalam tidur panjangnya dari kejauhan. Sambil sesekali tercium bau wangi dan
Ayu berucap dalam hatinya, “CINTAKU
SEHARUM MAYATAMU SAYANG”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar